MAKALAH
PSIKOLOGI UMUM
"EMOSI"
Makalah
ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum
Dosen Pengampu:
Dr. Suyadi, M. A
Penyusun:
Ika
Puji Astuti (15430101)
Fitriani
(15430102)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN
GURU RAUDLATUL ATHFAL
2015
/ 2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar, serta tepat
waktu. Dalam makalah Psikologi Umum ini akan membahas mengenai Emosi.
Tidak
lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
baik berupa bantuan pemikiran maupun material.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu
penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang
membangun untuk menyempurnakan penyusunan makalah kedepannya. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan mengenai Emosi.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari
disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak
senang. Perasaan senang atau perasaan tidak senang yang selalu menyertai
perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini
kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam warna
efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas,
dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi. Beberapa macam
emosi antara lain, gembira, bahagia, benci, senang, sedih, dan sebagainya.
Perasaan dan emosi biasanya disifatkan
sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu
waktu. Misalnya, orang merasa sedih, senang, terharu, dan sebagainya bila
melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau, dan sebagainya. Dengan kata
lain, perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya
peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar, dan peristiwa-peristiwa
tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangan pada individu.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan emosi ?
2. Apa
saja fungsi dari emosi ?
3. Apa
saja teori-teori emosi ?
4. Bagaimana
kecerdasan emosi itu ?
5. Apa
saja gangguan emosi ?
6. Bagaimana
cara mengendalikan emosi ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian emosi.
2. Mengetahui
berbagai fungsi dari emosi.
3. Mengetahui
beberapa teori-teori emosi.
4. Mengetahui
kecerdasan emosi pada seseorang.
5. Mengetahui
gangguan-gangguan emosi pada seseorang.
6. Mengetahui
cara mengendalikan emosi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Emosi
Menurut William James (dalam Wedge,
1995), emosi adalah kecenderungan untuk nemiliki perasaan yang khas bila
berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya. Crow & Crow (1962)
mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang
berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan
untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.[1]
Goleman (1999) mendefinisikan emosi
sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.
Emosi sering diistilahkan juga sebagai
perasaan (Atkinson, 1997; Walgito, 2000). Oleh karena itu, emosi biasanya
diartikan sebagai keadaan (state) dari diri seseorang pada suatu waktu.
Misalnya, seseorang merasa senang, sedih, terharu, dan sebagainya bila melihat
sesuatu, mendengar sesuatu, dan bahkan mencium sesuatu. Singkat kata, emosi
diartikan sebagai sesuatu keadaan mental akibat peristiwa-peristiwa yang pada
umumnya datang dari luar dan menimbulkan keguncangan pada diri orang tersebut.[2]
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Beberapa tokoh mengemukakan tentang
macam-macam emosi, antara lain menurut Descrates, emosi terbagi atas: Desire
(hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan
Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :
Fear (ketakutan), Rage (Kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411)
mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di
atas, yaitu : amarah, kesedihan, takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel,
malu.[3]
B.
Fungsi Emosi
Bagi manusia, emosi tidak hanya
berfungsi untuk survival, atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada
hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit
energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi
juga merupakan messenger atau pembawa pesan (Martin, 2003).
Sebagai sarana untuk mempertahankan
hidup, emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membela dan mempertahankan
diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,
cemburu, marah, atau benci, dapat membuat manusia dapat menikmati hidup dalam
kebersamaan dengan manusia lain.
Sebagai pembangkit energi, emosi positif
seperti cinta dan sayang memberikan pada kita semangat dalam bekerja, bahkan
juga semangat untuk hidup. Sebaliknya, emosi negatif, seperti sedih dan benci,
membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada gairah untuk
hidup.
Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahu
kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang
yang kuta cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan
sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan, jika tidak ada emosi,
kita tidak tau bahwa teman sekelas kita sedang bersedih karena baru ditinggal
mati oleh orang tuanya, mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia, sehingga dapat
membuat teman kita merasa anda tidak bersikap empati terhadapnya.[4]
C.
Teori-Teori Emosi
1. Teori
Sentral
Menurut teori ini, gejala kejasmanian
merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh induvidu. Jadi individu mengalami
emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam
kejasmaniannya. Menurut teori ini, orang menangis karena merasa sedih. Teori
atau pendapat ini dikenal dengan teori sentral, yang dikemukakan oleh Cannon.
Jadi atas dasar teori ini dapat dikemukakan bahwa gejala-gejala kejasmanian
merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu.
2. Teori
Periferal
Menurut teori ini justru sebaliknya,
gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami
oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat
dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini orang tidak menangis karena
susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis. Dengan demikian, emosi
adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh sebagai respons terhadap stimulus-stimulus yang datang dari luar.
Teori ini dikemukakan oleh William James
dan Carl Lange, sehingga teori ini sering dikenal dengan teori James-Lange.
Teori dari James-Lange ini lebih menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat
perifer daripada yang bersifat sentral.
3. Teori
Kepribadian
Menurut teori ini, emosi merupakan suatu
aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam
jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu maka emosi
meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian.
D.
Kecerdasan Emosi
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan umum
(itelegensi) semata-mata hanya dapat memprediksi (meramalkan) kesuksesan hidup
seseorang sebanyak 20% saja, sedang 80% lainnya adalah apa yang disebut
Emotional Intelligensi. Bila tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang
sehat, kecerdasan saja tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya
di masa yang akan datang (Goleman, 1999). Menurut Salovey dan Mayer (dalam
Mujib dan Mudzakir, 2002), kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi
diri sendiri, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi
diri sendiri, mengenali orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang
lain. Dengan demikian, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam
mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.
Unsur terpenting dalam kecerdasan emosi
ini adalah empati dan kontrol diri. Empati artinya adalah dapat merasakan apa
yang sedang dirasakan orang lain, terutama bila orang lain dalam keadaan
malang, sedang kontrol diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi sendiri
sehingga tidak menganggu hubungannya dengan orang lain.
Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan
semenjak anak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan
naskah emosi yang sehat (healthy emotion script) adalah agar naskah yang sehat
ini dapat diinternalisasi anak sejak dini dan dibawa terus oleh anak dalam
berinteraksi dengan orang lain bila ia kelak dewasa kelak. Ada beberapa cara
yqng dapat dilakukan baik oleh orang tua maupun guru dalam rangka mengajarkan
naskah emosi yang sehat pada anak, diantaranya (Wimbarti, dan Irfan dkk.,
2000):
1. Ajarkan
nilai-nilai budaya setempat dimana anak hidup. Apabila anak hidup di
Yogyakarta, tanamkan nilai budaya Jawa dengan benar, meski orang tuanya berasal
dari budaya lainnya.
2. Kenali
dulu emosi-emosi anak yang menonjol, baru ajarkan anak untuk mengenali
emosi-emosi itu.
3. Berikanlah
nama dari emosi anak yang menonjol. Misalnya: anak sering menangis bila apa
yang fimauinya tidak segera duturuti. Katakan padanya bahwa ia sedang marah,
dan kita tahu bahwa dia marah karena kehendaknya tidak terkabul.
4. Kenalkan
anak tentang emosi anda dengan cara lain selain kata-kata. Ekspresikan emosi
anda dengan bahasa tubuh atau dengan ekspresi wajah. Misalnya: rangkullah dia
bila sedang duduk bedua, cium dia bila anda juga sedang berbahagia, dekap ia
bila sedang sedih, cemberutkan wajah bila kita tidak berkenan dengan
perilakunya, dan sebagainya.
5. Buatlah
disiplin yang konsisteb pada diri kita agar anak belajar menghormati otoritas.
Menghormati otoritas sangat diperlukan untuk menghindarkan ia dari tindakan
yang tidak benar.
6. Ajarkan
pada anak ekspresi emosi apa yang dapat diterima oleh lingkungan. Misalnya:
perasaan sedih katena tidak dapat membeli sesuatu tidak boleh diekspresikan
dengan menangis meraung-raung ditoko, bahwa bila ada tetangga meninggal jangan
menghidupkan radio keras-keras.
7. Tunjukan
perilaku kita sendiri yang dapat diimitasi/ditiru oleh anak secara langsung.
Misalnya: bersedekah pada orang yang tidak mampu, ke panti asuhan, dan
sebagainya.
8.
Pupuk rasa empati
dengan memelihara terbak atau hewan peliharaan lain. Ajak anak mengamati
tingkah laku hewan itu dan mendiskusikan kira-kira hewan itu sedang merasakan
apa.[6]
E.
Gangguan Emosi
Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang
menyebabkan gangguan pada diri seseorang, baik karena emosi yang timbul terlalu
kuat atau emosi yang tidak hadir. Karena pada hakikatnya tidak ada emosi yang
positif dan negatif,
tergantung persepsi individu yang terkait dan akibat yang akan dialaminya.
Menurut Achmanto Mendatu ada beberapa
alasan orang mengalami gangguan emosi dikarenakan hal-hal seperti berikut:
1. Seseorang
mengalami emosi tertentu, seperti kecemasan, dan kemarahan yang terlalu sering
atau terlalu kuat.
2. Seseorang
mengalami emosi tertentu yang terlalu jarang atau terlalu lemah. Mereka merasa
tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau penolakan.
3. Seseorang
merasa kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain. Misalnya pacar membuat
merasa bersalah, teman-teman mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa takut, dan
lainnya.
4.
Seseorang merasa
mengalami beberapa konflik karena dua atau lebih emosi. Misalnya antara marah
dan takut, antara benci dan cinta, dan lainnya.[7]
F.
Mengendalikan Emosi
Supaya pergaulan kita sehari-hari dapat
berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tentram, kita tidak hanya
harus mampu mengendalikan emosi kita, namun juga harus memiliki emosi yang
tepat dengan mempertimbangkan keadaan, waktu, dan tempat. Maka menurut Wedge
(1995), rahasia hidup yang bahagia dapat dinyatakan dalam satu kalimat singkat:
"Pilihlah emosi Anda seperti Anda memiliki sepatu Anda". Wedge
berpendapat bahwa emosi manusia itu ibarat sepatu, jika pas, berarti enak
dipakai, tetapi kalau tidak pas dapat melecetkan kaki. Demikian pula emosi yang
tidak sesuai dapat berakibat buruk bagi kita. Hal ini terjadi jika kita tidak
mampu mengenalikan emosi.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada
beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi (Mahmud, 1990), yaitu:[8]
1. Hadapilah
emosi tersebut. Orang yang mebual bahwa dia tidak takut mrnghadapi bahaya,
sebenarnya melipatduakan rasa takutnya sendiri. Bukan saja dia takut menghadapi
bahaya yang sebenarnya, tetapi juga takut menemui bahaya. Sumber emosi tambahan
ini dapat dihindarkan dengan menghadapi kenyataan yang ditakutkan atau
kenyataan yang menyebabkan timbulnya perasaan marah.
2. Jika
mungkin tafsirkanlah kembali situasinya.
Emosi adalah bentuk dari suatu interpretasi. Bukan stimulasi sendiri yang
menyebabkan atau mengakibatkan reaksi emosional, tetapi stimulus yang salah
ditafsirkan. Misalnya, anak biasanya menunjukan perasaan takut jika
diayun-ayunkan, tetapi kalau tindakan mengayun-ayunkan itu disertai dengan
senda gurau, anak bahkan menanggapinya dengan perasaan senang.
3. Kembangkanlah
rasa humor dan sikap realistis. Terkadang situasi begitu mendesaknya sehingga
memerlukan reinterpretasi yang lama. Dalam hal seperti itu, humor dan sikap
realistis dapat menolong. Tertawa bisa meringankan ketegangan emosi. Energi
ekstra yang disediakan oleh perubahan-perubahan internal harus disalurkan.
Karena itu, untuk bisa kembali santai, orang perlu melakukan suatu kegiatan.
4. Atasilah
secara langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi. Memecahkan problem,
pada dasarnya, jauh lebih baik ketimbang mengendalikan emosi yang terkait dalam
problem tersebut. Misalnya, daripada berusaha mengendalikan perasaan takut akan
kehilangan suatu posisi, lebih baik berusaha membina diri dan menjadi ahli
dalam suatu pekerjaan yang berkaitan dengan posisi tersebut.
5. Emosi
memang mempunyai daya gerak yang besar. Namun, kita dapat mengatur dan mengarahkannya
sedemikian rupa, sehingga emosi tersebut menggerakan kita kearah hidup yang
lebih menyenangkan dan lebih efisien. Pendapat Wedge (1995:17) barangkali ada
benarnya bahwa "Kita tidak boleh menjadi budak dari emosi, tetapi harus
menjadi tuan dari emosi kita. Kalau kita benar-benar berusaha tidak membiarkan
emosi-emosi yang tidak menyenangkan 'bercokol' dalam diri kita dan menggantinya
dengan emosi-emosi yang menyenangkan. Dalam waktu yang tidak lama, suasana hati
kita akan selalu ceria dan penuh semangat. Dengan demikian, emosi menjadi modal
yang besar bagi hidup kita, bukannya menjadi kecenderungan yang membuat kita
frustrasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Emosi sering diistilahkan juga sebagai
perasaan yaitu keadaan (state) dari diri seseorang pada suatu waktu. Terdapat
juga beberapa teori tentang emosi, yaitu : Teori Sentral, Teori Periferal dan
Teori Kepribadian.
Bagi manusia, berfungsi sebagai survival
atau untuk mempertahankan hidup, sebagai
energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan
manusia dan sebagai messenger atau pembawa pesan.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan
mengenali emosi diri sendiri, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri
dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain, dan membina
hubungan baik dengan orang lain.
Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang
menyebabkan gangguan pada diri seseorang, baik karena emosi yang timbul terlalu
kuat atau emosi yang tidak hadir. Karena pada hakikatnya tidak ada emosi yang
positif dan negatif, tergantung persepsi individu yang terkait dan akibat yang
akan dialaminya
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
hanya harus mampu mengendalikan emosi kita, namun juga harus memiliki emosi
yang tepat dengan mempertimbangkan keadasn, waktu, dan tempat.
B.
Saran
Emosi sangat berpengaruh besar pada
kuantitas dan kualitas belajar. Emosi positif dapat mempercepat proses belajar
dan mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, sebagai orang tua
dan pengajar ataupun pendidik harus menciptakan emosi positif pada pembelajaran
pada anak. Cara untuk menciptakan emosi positif pada anak dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
penggunaan alat bantu dalam penciptaan lingkungan belajar, dan penciptaan
suasana belajar yang gembira (kegembiraan belajar).
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
kritik dan saran yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini mohon
dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput
dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum
dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Latipah, Eva. 2012. Pengantar
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia
Shaleh, Abdul R. 2008. Psikologi
Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana
Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali
http://lstrsins.wordpress.com/tag/macam-macam-emosi
diakses pada 3 Mei 2016 pukul 20.15
https://herrystw.wordpress.com/2012/03/01/gangguan-emosi
diakses pada 3 Mei 2016 pukul 21.30
[1] Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung:
Pustaka Setia, 2003, hlm 399-400
[2] Eva
Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pedagogia, 2012,
hlm 191
[3] http://lstrsins.wordpress.com/tag/macam-macam-emosi
diakses pada 3 Mei 2016 pukul 20:15
[4] Nyanyu
Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 2014, hlm138-139
[5] Ibid., hlm 140-141
[6] Ibid., hlm 145-147
[7] https://herrystw.wordpress.com/2012/03/01/gangguan-emosi diakses
pada 3 Mei 2016 pukul 21.30
[8] Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung:
Pustaka Setia, 2003, hlm 442-444
Tidak ada komentar:
Posting Komentar