Kamis, 19 Mei 2016

EMOSI


                                             

                                              MAKALAH PSIKOLOGI UMUM

"EMOSI"

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum

Dosen Pengampu:

Dr. Suyadi, M. A

 
Penyusun:

Ika Puji Astuti (15430101)

Fitriani (15430102)

 

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN GURU RAUDLATUL ATHFAL

2015 / 2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar, serta tepat waktu. Dalam makalah Psikologi Umum ini akan membahas mengenai Emosi.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, baik berupa bantuan pemikiran maupun material.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun untuk menyempurnakan penyusunan makalah kedepannya. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan pengetahuan mengenai Emosi.


PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang


Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau perasaan tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain, gembira, bahagia, benci, senang, sedih, dan sebagainya.

Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari diri organisme atau individu pada suatu waktu. Misalnya, orang merasa sedih, senang, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau, dan sebagainya. Dengan kata lain, perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar, dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangan pada individu.


B.     Rumusan Masalah


1.      Apakah yang dimaksud dengan emosi ?

2.      Apa saja fungsi dari emosi ?

3.      Apa saja teori-teori emosi ?

4.      Bagaimana kecerdasan emosi itu ?

5.      Apa saja gangguan emosi ?

6.      Bagaimana cara mengendalikan emosi ?

C.    Tujuan


1.      Mengetahui pengertian emosi.

2.      Mengetahui berbagai fungsi dari emosi.

3.      Mengetahui beberapa teori-teori emosi.

4.      Mengetahui kecerdasan emosi pada seseorang.

5.      Mengetahui gangguan-gangguan emosi pada seseorang.

6.      Mengetahui cara mengendalikan emosi.


BAB II


PEMBAHASAN


 

A.    Pengertian Emosi


Menurut William James (dalam Wedge, 1995), emosi adalah kecenderungan untuk nemiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya. Crow & Crow (1962) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.[1]

Goleman (1999) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Emosi sering diistilahkan juga sebagai perasaan (Atkinson, 1997; Walgito, 2000). Oleh karena itu, emosi biasanya diartikan sebagai keadaan (state) dari diri seseorang pada suatu waktu. Misalnya, seseorang merasa senang, sedih, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, dan bahkan mencium sesuatu. Singkat kata, emosi diartikan sebagai sesuatu keadaan mental akibat peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar dan menimbulkan keguncangan pada diri orang tersebut.[2]

Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain menurut Descrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat), Hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : Fear (ketakutan), Rage (Kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu : amarah, kesedihan, takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, malu.[3]

B.     Fungsi Emosi


Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk survival, atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan messenger atau pembawa pesan (Martin, 2003).

Sebagai sarana untuk mempertahankan hidup, emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membela dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, dapat membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain.

Sebagai pembangkit energi, emosi positif seperti cinta dan sayang memberikan pada kita semangat dalam bekerja, bahkan juga semangat untuk hidup. Sebaliknya, emosi negatif, seperti sedih dan benci, membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada gairah untuk hidup.

Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kuta cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan, jika tidak ada emosi, kita tidak tau bahwa teman sekelas kita sedang bersedih karena baru ditinggal mati oleh orang tuanya, mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia, sehingga dapat membuat teman kita merasa anda tidak bersikap empati terhadapnya.[4]


C.    Teori-Teori Emosi


Walgito (1997) mengemukakan ada tiga teori mengenai emosi, yaitu:[5]

1.      Teori Sentral

Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh induvidu. Jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Menurut teori ini, orang menangis karena merasa sedih. Teori atau pendapat ini dikenal dengan teori sentral, yang dikemukakan oleh Cannon. Jadi atas dasar teori ini dapat dikemukakan bahwa gejala-gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu.

2.      Teori Periferal

Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis. Dengan demikian, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap stimulus-stimulus yang datang dari luar.

Teori ini dikemukakan oleh William James dan Carl Lange, sehingga teori ini sering dikenal dengan teori James-Lange. Teori dari James-Lange ini lebih menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat perifer daripada yang bersifat sentral.

3.      Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian.

 

D.    Kecerdasan Emosi


Goleman menyatakan bahwa kecerdasan umum (itelegensi) semata-mata hanya dapat memprediksi (meramalkan) kesuksesan hidup seseorang sebanyak 20% saja, sedang 80% lainnya adalah apa yang disebut Emotional Intelligensi. Bila tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan saja tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya di masa yang akan datang (Goleman, 1999). Menurut Salovey dan Mayer (dalam Mujib dan Mudzakir, 2002), kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain. Dengan demikian, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.

Unsur terpenting dalam kecerdasan emosi ini adalah empati dan kontrol diri. Empati artinya adalah dapat merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, terutama bila orang lain dalam keadaan malang, sedang kontrol diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi sendiri sehingga tidak menganggu hubungannya dengan orang lain.

Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak anak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (healthy emotion script) adalah agar naskah yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini dan dibawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia kelak dewasa kelak. Ada beberapa cara yqng dapat dilakukan baik oleh orang tua maupun guru dalam rangka mengajarkan naskah emosi yang sehat pada anak, diantaranya (Wimbarti, dan Irfan dkk., 2000):

1.      Ajarkan nilai-nilai budaya setempat dimana anak hidup. Apabila anak hidup di Yogyakarta, tanamkan nilai budaya Jawa dengan benar, meski orang tuanya berasal dari budaya lainnya.

2.      Kenali dulu emosi-emosi anak yang menonjol, baru ajarkan anak untuk mengenali emosi-emosi itu.

3.      Berikanlah nama dari emosi anak yang menonjol. Misalnya: anak sering menangis bila apa yang fimauinya tidak segera duturuti. Katakan padanya bahwa ia sedang marah, dan kita tahu bahwa dia marah karena kehendaknya tidak terkabul.

4.      Kenalkan anak tentang emosi anda dengan cara lain selain kata-kata. Ekspresikan emosi anda dengan bahasa tubuh atau dengan ekspresi wajah. Misalnya: rangkullah dia bila sedang duduk bedua, cium dia bila anda juga sedang berbahagia, dekap ia bila sedang sedih, cemberutkan wajah bila kita tidak berkenan dengan perilakunya, dan sebagainya.

5.      Buatlah disiplin yang konsisteb pada diri kita agar anak belajar menghormati otoritas. Menghormati otoritas sangat diperlukan untuk menghindarkan ia dari tindakan yang tidak benar.

6.      Ajarkan pada anak ekspresi emosi apa yang dapat diterima oleh lingkungan. Misalnya: perasaan sedih katena tidak dapat membeli sesuatu tidak boleh diekspresikan dengan menangis meraung-raung ditoko, bahwa bila ada tetangga meninggal jangan menghidupkan radio keras-keras.

7.      Tunjukan perilaku kita sendiri yang dapat diimitasi/ditiru oleh anak secara langsung. Misalnya: bersedekah pada orang yang tidak mampu, ke panti asuhan, dan sebagainya.

8.      Pupuk rasa empati dengan memelihara terbak atau hewan peliharaan lain. Ajak anak mengamati tingkah laku hewan itu dan mendiskusikan kira-kira hewan itu sedang merasakan apa.[6]

E.     Gangguan Emosi


Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang, baik karena emosi yang timbul terlalu kuat atau emosi yang tidak hadir. Karena pada hakikatnya tidak ada emosi yang positif dan negatif, tergantung persepsi individu yang terkait dan akibat yang akan dialaminya.

Menurut Achmanto Mendatu ada beberapa alasan orang mengalami gangguan emosi dikarenakan hal-hal seperti berikut:

1.      Seseorang mengalami emosi tertentu, seperti kecemasan, dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat.

2.      Seseorang mengalami emosi tertentu yang terlalu jarang atau terlalu lemah. Mereka merasa tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau penolakan.

3.      Seseorang merasa kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain. Misalnya pacar membuat merasa bersalah, teman-teman mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa takut, dan lainnya.

4.      Seseorang merasa mengalami beberapa konflik karena dua atau lebih emosi. Misalnya antara marah dan takut, antara benci dan cinta, dan lainnya.[7]

F.     Mengendalikan Emosi


Supaya pergaulan kita sehari-hari dapat berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tentram, kita tidak hanya harus mampu mengendalikan emosi kita, namun juga harus memiliki emosi yang tepat dengan mempertimbangkan keadaan, waktu, dan tempat. Maka menurut Wedge (1995), rahasia hidup yang bahagia dapat dinyatakan dalam satu kalimat singkat: "Pilihlah emosi Anda seperti Anda memiliki sepatu Anda". Wedge berpendapat bahwa emosi manusia itu ibarat sepatu, jika pas, berarti enak dipakai, tetapi kalau tidak pas dapat melecetkan kaki. Demikian pula emosi yang tidak sesuai dapat berakibat buruk bagi kita. Hal ini terjadi jika kita tidak mampu mengenalikan emosi.

Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa peraturan untuk mengendalikan emosi (Mahmud, 1990), yaitu:[8]

1.      Hadapilah emosi tersebut. Orang yang mebual bahwa dia tidak takut mrnghadapi bahaya, sebenarnya melipatduakan rasa takutnya sendiri. Bukan saja dia takut menghadapi bahaya yang sebenarnya, tetapi juga takut menemui bahaya. Sumber emosi tambahan ini dapat dihindarkan dengan menghadapi kenyataan yang ditakutkan atau kenyataan yang menyebabkan timbulnya perasaan marah.

2.      Jika mungkin  tafsirkanlah kembali situasinya. Emosi adalah bentuk dari suatu interpretasi. Bukan stimulasi sendiri yang menyebabkan atau mengakibatkan reaksi emosional, tetapi stimulus yang salah ditafsirkan. Misalnya, anak biasanya menunjukan perasaan takut jika diayun-ayunkan, tetapi kalau tindakan mengayun-ayunkan itu disertai dengan senda gurau, anak bahkan menanggapinya dengan perasaan senang.

3.      Kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis. Terkadang situasi begitu mendesaknya sehingga memerlukan reinterpretasi yang lama. Dalam hal seperti itu, humor dan sikap realistis dapat menolong. Tertawa bisa meringankan ketegangan emosi. Energi ekstra yang disediakan oleh perubahan-perubahan internal harus disalurkan. Karena itu, untuk bisa kembali santai, orang perlu melakukan suatu kegiatan.

4.      Atasilah secara langsung problem-problem yang menjadi sumber emosi. Memecahkan problem, pada dasarnya, jauh lebih baik ketimbang mengendalikan emosi yang terkait dalam problem tersebut. Misalnya, daripada berusaha mengendalikan perasaan takut akan kehilangan suatu posisi, lebih baik berusaha membina diri dan menjadi ahli dalam suatu pekerjaan yang berkaitan dengan posisi tersebut.

5.      Emosi memang mempunyai daya gerak yang besar. Namun, kita dapat mengatur dan mengarahkannya sedemikian rupa, sehingga emosi tersebut menggerakan kita kearah hidup yang lebih menyenangkan dan lebih efisien. Pendapat Wedge (1995:17) barangkali ada benarnya bahwa "Kita tidak boleh menjadi budak dari emosi, tetapi harus menjadi tuan dari emosi kita. Kalau kita benar-benar berusaha tidak membiarkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan 'bercokol' dalam diri kita dan menggantinya dengan emosi-emosi yang menyenangkan. Dalam waktu yang tidak lama, suasana hati kita akan selalu ceria dan penuh semangat. Dengan demikian, emosi menjadi modal yang besar bagi hidup kita, bukannya menjadi kecenderungan yang membuat kita frustrasi.


BAB III


PENUTUP


 

A.    Kesimpulan


Emosi sering diistilahkan juga sebagai perasaan yaitu keadaan (state) dari diri seseorang pada suatu waktu. Terdapat juga beberapa teori tentang emosi, yaitu : Teori Sentral, Teori Periferal dan Teori Kepribadian.

Bagi manusia, berfungsi sebagai survival atau  untuk mempertahankan hidup, sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia dan sebagai messenger atau pembawa pesan.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola, dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain.

Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang, baik karena emosi yang timbul terlalu kuat atau emosi yang tidak hadir. Karena pada hakikatnya tidak ada emosi yang positif dan negatif, tergantung persepsi individu yang terkait dan akibat yang akan dialaminya

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak hanya harus mampu mengendalikan emosi kita, namun juga harus memiliki emosi yang tepat dengan mempertimbangkan keadasn, waktu, dan tempat.


B.     Saran


Emosi sangat berpengaruh besar pada kuantitas dan kualitas belajar. Emosi positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan pengajar ataupun pendidik harus menciptakan emosi positif pada pembelajaran pada anak. Cara untuk menciptakan emosi positif pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, penggunaan alat bantu dalam penciptaan lingkungan belajar, dan penciptaan suasana belajar yang gembira (kegembiraan belajar).

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kritik dan saran yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.


DAFTAR PUSTAKA


Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia

Latipah, Eva. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia

Shaleh, Abdul R. 2008. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana

Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

http://lstrsins.wordpress.com/tag/macam-macam-emosi diakses pada 3 Mei 2016 pukul 20.15

https://herrystw.wordpress.com/2012/03/01/gangguan-emosi diakses pada 3 Mei 2016 pukul 21.30



[1] Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung: Pustaka Setia, 2003, hlm 399-400
[2] Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pedagogia, 2012, hlm 191
[3] http://lstrsins.wordpress.com/tag/macam-macam-emosi diakses pada 3 Mei 2016 pukul 20:15
[4] Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 2014, hlm138-139
[5] Ibid., hlm 140-141
[6] Ibid., hlm 145-147
[7] https://herrystw.wordpress.com/2012/03/01/gangguan-emosi diakses pada 3 Mei 2016 pukul 21.30
[8] Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung: Pustaka Setia, 2003, hlm 442-444

Tidak ada komentar:

Posting Komentar